Jadi intinya galau itu penting. PERLU. tapi jangan berlebihan. Ibarat mengkonsumsi obat, konsumsilah sesuai dosisnya, jangan berlebih. Mengkonsumsi secara berlebihan itu justru akan menjadi toksik bagi diri sendiri.
..
..
..
..
Julukan galauers atau ratu galau mendadak diberikan secara 'terhormat' kepada saya. Ini memang menjadi salah satu ciri khas anak PPGT Tamalanrea yang selalu memberikan 'label' pada orang [kayak merk baju saja]. hahah. Yang semakin tidak saya mengerti, ketika saya sedang duduk diam dalam sebuah acara 'kumpul-kumpul', mereka langsung men-judge kalau saya sedang galau. Padahal saya sama sekali tidak galau. Hanya saja saat itu saya 'mungkin' sedang tidak in good mood. Tidak heran memang ketika mereka langsung berpikiran seperti itu, tentunya saja, karena sehari-harinya saya amat sangat super duper cerewet, ceplas-ceplos, dan mungkin sedikit 'aktif'. Apapun itu , apapun kata mereka, galau tidak galau, saya tetaplah saya. Sya tidak peduli apa kata mereka. Bukan berarti cuek, tapi saya rasa, saya cukup berhikmat untuk tau kapan saya harus mendengar kata orang dan kapan saya harus mengabaikannya.
Back to the galau. Saat ini saya akui saya sedang 'mengkonsumsi' yang namanya galau itu. Mudah-mudahan dosis galau yang sya konsumsi tidak berlebih.*amin*.
Entah dari sudut pandang mana sampai saya merasa bahwa saya sedang galau, yang jelasnya saya memang galau. GATOT. Dan ini memang sedang berada dalam level akut. *OMG* #tepukjidat. Merasakan yang namanya galau itu sangat menyebalkan. Ingin rasanya terbang ke langit ke tujuh, terjun ke lautan yang paling dalam dan tidak muncul lagi di permukaan. Ini adalah sesuatu yang selalu disebut oleh sahabat saya, Ciia sebagai sesuatu yang bikin dada menjadi sesak. Atau mungkin tepatnya jantung berdenyut dengan lambat, seakan berhenti, dan perlahan-lahan memang akan berhenti.
Kalau waktu bisa diputar, ingin rasanya saya memang konsisten dengan pemikiranku dan tidak mendengarkan kata orang lain, atau tidak menjaga terlalu ketat gengsi yang ada di diri. Konsisten dengan prinsip itu, dengan pemikiran, otomatis, tidak akan ada komunikasi yang dibangun. Tidak mendengarkan kata orang berarti tetap cuek dengan apapun yang diteriakkan oleh orang2 yang sedang membantunya. Dan tidak menjaga terlalu ketat gengsi artinya saya tidak akan peduli dengan apa kata orang terhadap sya, terserah dengan nama baik dan image itu, bodoh amat. i dont care.whatever !
..
..
..
Maaf, cukup sampai disini saja. saya sudah mencoba menulis, tetapi sesak di dada ini semakin tidak karuan. Bahkan air mata pun ingin turun rasanya. Yang jelas, saat ini saya cuma butuh kepastian. . atau setidaknya, waktu cepat berlalu, dan perlahan-lahan membuat saya lupa dengan kejadian ini, lupa dengan bintang, lupa dengan orang yang membuat saya galau berlarut-larut.
Biar waktu yang menjawab semuanya, hadapi apa yang ada didepanmu, sarah !
:) :) :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar